Kampung Nderesmo, sering disebut Sidosermo atau Sidoresmo menyimpan jejak masa lalu panjang sebagai pusat kehidupan santri di Surabaya. Dulu, kawasan itu termasuk Jaba Kutha, alias wilayah Surabaya luar termasuk Distrik Wonokromo, sebagaimana tercatat dalam khasanah lawas, baik dalam catatan kolonial, memori kolektif, maupun dokumentasi tradisional berupa naskah kuno. Namun, sejatinya, Nderesmo adalah ‘jantung’ kegiatan keislaman di Surabaya setelah era Walisanga. Di kampung santri itulah, selain di Ampeldenta, kehidupan keagamaan pada masa Soerabaia tempo doeloe terus berdegup. Bahkan degupnya menyebar dan menjalin sebuah jaringan se-Nusantara. Dari rahim Nderesmo, anak turun Sayyid Abu Bakar Basyaiban dan Sayyid Adhmat Khan, yang diyakini sebagai dzurriah Nabi, melahirkan ulama-ulama besar dan tangguh. Tak heran, benih pesantren yang ditanam beratus tahun lampau itu hingga kini masih tegar berdiri dan terus berkembang. Memang, ada pelafalan beragam terkait dengan nama Nderesmo....